Dalam bahasa Jawa, kata wayang berarti “bayangan”. Wayang menyajikan banyak nilai pendidikan sebagai tuntunan hidup. Semoga "The Wayang" dapat memberi inspirasi yang positif.

Download

Follow us on Twitter Subscribe to RSS Subscribe via Email

Sabtu, 25 Januari 2014

Unknown  /  00.12  /    /  No comments
         
Di suatu kerajaan hiduplah seorang Ratu yang Sangat cantik jelita, yang tidak hanya cantik parasnya saja namun juga cantik dalam sifat dan perilakunya. Beliau Sangat memperhatikan rakyatnya dan juga Sangat berbhakti kepada Dewa Siva. Namun diceritakan beliau sering merasa sedih karena suaminya yaitu Sang Raja tidak pernah berbhakti kepada Dewa Siva (manifestasi Brahman/ Ida Shang Hyang Widhi).
Kemudian Sang Ratu berjanji (mesesangi) di depan altar suci tempat pemujaan Dewa Siva, seraya berkata “ kapan saja ia menyaksikan atau melihat Sang suami yaitu Sang Raja melaksanakan atau setidaknya memilki rasa hormat kepada Dewa Siva, maka pada saat itu juga Sang Ratu kan melaksanakan puja di semua kuil dan membagi-bagikan makan kepada kaum miskin.
Suatu malam, ketika Sang Raja tertidur nyenyak tanpa sadar Sang Raja mengucapkan Om Namah Sivaya (mantram untuk memuja Dewa Siva) dengan vibrasi spiritual yang sangat tinggi. Sang Ratu mendengar namasmaranam (pengulangan anam-nama suci Tuhan) yang diucapkan oleh Sang Raja. Sanag Ratu sangat berbahagia mendengar bhakti suaminya kepada Dewa Siva.
Keesokan harinya Sang Ratu memerintahkan pada para menterinya untuk menyiapkan perayaan umum diseluruh kerajaan dan disertai pemberian makan kepada rakyat miskin. Sang Raja tidak mengetahui mengapa perayaan umum itu dilaksakan. Untuk menjawab rasa penasarannnya maka Sang Raja pun bertanya kepada istrinya maksud dari perayaan umum yang dilaksanakan oleh Sang Ratu.
Sang Ratu pun tersenyam dan menjawab bahwa perayaan ini dilaksanakan atas terkabulnya doa Sang Ratu. Sang Ratu pun melanjutkan, aku berdoa kepadaDewa Siva kapanpun jika engkau mau memuja Dewa Siva maka aku akan melaksakan perayaan seperti ini. Oleh karena Sang Raja kemarin malam mengigau meyebut-nyebut nama Deva Siva maka acara ini diselengarakan. Walaupun hanya dalam wujud gigauan aku sebagai istri Sangat bahagia sekali ketimbang tidak sam sekali. Sang Raja pun merasa Sangat bahagia karena memiliki istri yang Sangat perhatian hingga ke masalah spiritual.
Kemudian Sang Raja berkata “duhai istriku aku Sangat menyesal dengan kejadian kemarin malam, mengapa mulutku secara tak sadar mengucapkan Om Namah Sivaya. Tersentak Sang Ratu terkejut mendengar ucapan Sang Raja. Dengan hati yang Sangat terpukul ia pun berkata pada Sang Raja “apakah salah jika aku mengiginkan suaminya berbhakti kepada Dewa Siva (manifestasi Brahman/ Ida Shang Hyang Widhi). Lalu dengan sangat lembut Sang Raja memeluk Sang Ratu seraya membisikan sesuatu yang Sangat rahasia, Sang Raja berkata “bukan itu masalahnya, sesunguhnya aku dan leluhurku adalah pemuja Dewa Siva sejak dahulu kala dan juga aku ini. Hanya bhaktiku tidak boleh diketahu oleh siapaun termasuk oleh Sang Ratu. Karena Srada dan Bhakti itu bersifat Sangat rahasia, itulah sebabnya aku tidak pernah menunjukkan bhaktiku kepada siapapun termasuk kepada Sang Ratu. Aku tidak mau mendemonstrasikan Bhatiku di hadapan siapapun kecuali di hadapan Dewa Siva (Prinsip ini menjadi istilah aje were pada masyarakat Bali).
Mendengar perkataan Sang Raja, Sang Ratupun menjadi lemas dan langsung bersujud di kaki Sang Raja. Ratu pun memohon maaf atas kebodohannya dan kelancangannya yang tidak mengetahui begitu bijaksana dan tinggi kadar Srada (iman) yang dimiliki suaminya. Dengan lemah lembut Sang Raja menuntun istrinya untuk segera berdiri sambil berkata: “sudahlah dan bangkitlah marilah kita merayakan perayaan ini bersama seluruh rakyat keRajaan sebagai kemenangan Sang Ratu”. Kemudian Sang Raja menegaskan “nanti lain kali jangan mencoba untuk mengukur Sradha atau Iman orang lain, ya sayang, itu tidak boleh karena dalamnya laut boleh diduga tapi dalamnya iman seseorang siapa yang tahu kecuali Tuhan (Ida Shang Hyang Widhi) sendiri.

Refrensi: Diadaptasi dari Donder, I Ketut. 2006. Sisya Sista Pedoman Menjadi Mahasiswa Mulia Religiopsikososioedukatif. Surabaya. Paramita. Judul asli “Kaul Sang Ratu Untuk Bakti Sang Raja Pada Tuhan”.

0 komentar:

Posting Komentar

Search