Dalam bahasa Jawa, kata wayang berarti “bayangan”. Wayang menyajikan banyak nilai pendidikan sebagai tuntunan hidup. Semoga "The Wayang" dapat memberi inspirasi yang positif.

Download

Follow us on Twitter Subscribe to RSS Subscribe via Email

Sabtu, 25 Januari 2014

Unknown  /  00.11  /    /  No comments

Ada sebuah iklan di televisi yang diperankan oleh seorang pemuda dengan perawakan yang atletis sebagai seorang pengangkut barang. Pada iklan di televisi tersebut diceritakan bahwa pemuda itu mendapatkan ibundanya yang sudah mulai sakit-sakitan tergolek lemah di tempat tidurnya. Padahal hari itu adalah ulang tahun ibundanya ke lima puluhlima.
Setelah pamitan, pemuda itu pergi melakoni pekerjaan hariannya yaitu mengantarkan barang milik majikannya ke tempat langganannya. Di perjalanan pemuda itu sedikit mengalami gundah gulana. Dalam hatinya, pemuda itu berharap memperoleh uang yang cukup untuk memberikan penghormatan pada ibundanya yang berulang tahun dengan mengadakan pesta makan malam bersama. Seperti biasa, setelah selesai mengantarkan barang-barang pesanan, pada sore hari pemuda itu memperoleh upah.
Namun, pada sore hari itu pemuda tersebut mendapatkan upah yang berlebih (tidak seperti biasanya) dari majikannya. Setelah dihitung ulang memang benar upah yang pemuda terima itu terlampau besar dan tanpa pikir panjang, pemuda itu mengembalikan uang tersebut kepada majikannya.
Majikannya sempat kaget. Namun, majikannya itu tidak sempat berbicara apa-apa karena pemuda itu telah berlalu meninggalkannya. Pada saat perjalanan pulang ke rumahnya, pemuda itu memutar otak bagaimana caranya uang sedikit yang diperoleh pada hari itu dibelanjakan untuk menghormati ibunya yang berulang tahun. Ketika sedang asyik-asyiknya berpikir, pemuda itu mendapatkan kerumunan orang yang sedang menonton adu ketangkasan melompati deretan mobil dengan sepeda motor. “Ini peluang memperoleh uang”, ujar pemuda itu dalam hati. Setelah mendaftarkan diri dan memperoleh nomor giliran dengan hati yang mantap, pemuda itu menjalankan motor sekencang-kencangnya dan terbang melompati deretan mobil, serta mendarat dengan selamat sekalipun berguling-guling.
Hal itu membuat pelipis kanannya robek. Dengan hati yang gembira ia memperoleh hadiah uang dan membelanjakan uang itu untuk pesta makan malam ibundanya yang berulang tahun. Berdasarkan ilustrasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemuda tersebut mengetahui uang yang bukan haknya tidak dapat dibelanjakan sekalipun amat dibutuhkan. Oleh karena itu, pemuda itu mengembalikannya secara suka rela pada si empunya (majikan). Ini menunjukkan bahwa pemuda itu mengetahui nilai kebaikan (moral knowing) dan mau berbuat baik (moral feeling), serta nyata berkehidupan baik (moral action).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemuda itu adalah sosok yang berkarakter. Karakter itu sendiri dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai kebajikan (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang tertanam dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku.


Refrensi: Dikutif dari buku: “Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi: Penguatan PKn, Layanan Bimbingan Konseling dan KKN Tematik” di Universitas Pendidikan Indonesia oleh Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si, dkk.

0 komentar:

Posting Komentar

Search